Minggu, 28 Desember 2014

Tulisan Resensi Film Jepang Terbaik

Pada tulisan ini saya akan membahas sebuah resensi film yang dimana ini adalah sebuah kisah yang mengharukan dan kisah nyata ketegaran seorang gadis. Salah satu hobi saya adalah menonton film drama, action, komedi bahkan sampai horor. Namun, ada satu film yang saya suka yaitu One Litre of Tears yang merupakan salah satu film drama berasal dari Jepang.


Film ini menceritakan kisah seorang gadis 15 tahun bernama Ikeuchi Aya yang harus berjuang menghadapi penyakitnya, yaitu Spinocerebellar Degeneration. Penyakit ini disebut juga gangguan saraf yang menyebabkan semakin lama perkembangan saraf motorik terganggu. Selama 10 tahun dia harus berjuang melawan penyakitnya. Keseharian Aya adalah seorang gadis yang periang, cerdas dan siswi yang aktif di sekolah dalam bidang olahraga bola basket.

Ikeuchi Aya berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang pedagang tahu di kios rumahnya, Ibunya adalah seorang konsultan kesehatan, dan dia memiliki tiga orang adik yaitu Ako, Hiro dan Rika. Pada awalnya Aya sering terjatuh saat berlari dan penglihatan kurang baik, tetapi Aya menganggap bahwa dia hanya kelelahan dan kurang istirahat karena aktivitas yang padat. Namun sang ibu khawatir dengan kesehatan anaknya. Akhirnya Ibu memutuskan untuk membawa Aya kerumah sakit. Setelah di cek kondisi kesehatan oleh dr.Mizuno, ternyata Aya mengidap penyakit Spinocerebellar Degeneration.

Namun sang Ibu tidak memberi tahu anaknya, karena penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan, dan Ibu tidak tega melihat anaknya menjadi stress karena penyakitnya. Akhirnya Ibu hanya memberitahu bahwa Aya hanya mengalami kelelahan dan kehilangan keseimbangan yang merupakan hal yang wajar. Setiap harinya Aya selalu rajin mengonsumsi obat-obatan demi penyembuhan dirinya, namun semakin lama Aya banyak kehilangan keseimbangan, susah untuk menggapai benda disekitarnya, bahkan tubuhnya semakin kurus.

Ayahnya Aya tidak mempercayai akan penyakit yang diderita anaknya, bahkan Ayah sampai menangis karena anak kesayangannya yang begitu baik, cerdas dan sopan harus menderita. Akhirnya Ibu dan Ayah tetap merahasiakan penyakit yang diderita Aya dengan setiap hari selalu mengatakan hanya kelelahan dan kurang keseimbangan yang merupakan hal yang wajar bagi remaja saat ini. Namun Aya penasaran dengan apa yang terjadi pada dirinya, sampai suatu ketika di rumah sakit dia bertemu dengan seorang anak yang memiliki Ayah pengidap penyakit yang bercirikan awal sama seperti dirinya. Namun kondisi Ayah dari anak kecil tersebut sudah parah karena tidak bisa menulis, berbicara bahkan berjalan, dan Aya pun mengetahui penyakit yang diderita Ayah dari anak kecil tersebut adalah Spinocerebellar Degeneration.

Aya pun terkejut dan dengan rasa penasaran yang besar akhirnya dia mempelajari penyakit tersebut melalui internet. Ternyata Aya pun terkejut dengan isi artikel tersebut, karena salah satu gejala awal yang diderita pasien Spinocerebellar Degeneration adalah sering terjatuh, sedikit kesulitan dalam melihat serta kesulitan dalam menggapai benda disekitarnya. Aya pun menangis dan suatu ketika saat dirumah sakit bersama Ibu, Ayah dan dr.Mizuno dia mengatakan bahwa dirinya mengidap Spinocerebellar Degeneration. Mereka pun langsung terkejut mendengar ucapan Aya, namun dr.Mizuno memberikan semangat untuk berjuang melawan penyakitnya, karena jika Tuhan mentakdirkan untuk sembuh maka akan disembuhkan.

Aya pun seolah tidak mempercayainya bahwa selama ini dia mengidap penyakit mematikan tersebut. Aya pun hampir putus asa, namun dengan ketegaran diiringi dengan doa membuatnya untuk terus berusaha semaksimal mungkin. Aya juga tidak ingin melihat Ibu, Ayah beserta kedua Adiknya bersedih, bahkan mereka pun juga memberi semangat kepada Aya. Sampai suatu ketika ada seorang teman lelakinya bernama Asou Haruto simpati kepada Aya karena semangat dan kerja kerasnya yang tidak pernah membuat lelaki tersebut berubah menjadi manusia yang lebih baik. Bahkan Asou berniat ingin menjadi dokter agar dapat menyembuhkan Aya,

Namun takdir berkata lain, disaat Asou telah kuliah Kedokteran, kondisi Aya pun semakin lemas. Tetapi kecerdasan Aya tidak lumpuh dan terus menulis di buku hariannya. Asou pun berniat ingin menikahi Aya, karena Aya memiliki keinginan untuk menikahm namun apa daya akhirnya Aya pun menginginkan Asou agar menjauhinya. Disaat Asou terus mengejar hati Aya, tetapi kondisi Aya semakin memburuk, akhirnya pada usia 25 tahun Aya meninggal dunia. Aya meninggal dunia disaan ia tidak dapat berbicara maupun berjalan.

Namun, kepergian Aya meninggalkan sejuta kenangan manis dimata keluarga, teman-teman dan seluruh pembaca buku hariannya. Semangat, pantang menyerah dan bekerja keras membuat seluruh keluarga, teman-teman kelak memiliki masa depan sesuai dengan keinginan masing-masing. Begitupun juga dengan para pembaca buku hariannya, khususnya pengidap penyakit yang serupa dengan Aya semakin terinspirasi untuk terus berusaha melawan penyakitnya dan menggapai cita-citanya.

Film Jepang tersebut membuat saya sangat tersentuh dan berlinang air mata. Saya pun tidak pernah bosan untuk terus menonton berulang kali, karena banyak hikmah yang dapat dipetik dari film tersebut. Sampai saat ini pun film tersebut masih digemari khususnya para remaja.