Minggu, 07 Oktober 2012

Tugas Ilmu Sosial Dasar

SUKU MINANGKABAU



Setiap negara memiliki suku-suku yang beraneka ragam dan memiliki ciri khas tersendiri yang unik serta budaya yang diciptakan. Pada tugas ini, saya akan memaparkan secara rinci tentang suku Minangkabau, Sumatera Barat.

Suku Minangkabau atau yang biasa disingkat Minang merupakan kelompok etnis bernusantara yang berbahasa dan menjunjung adat minangkabau. Dalam percakapan awam, orang Minang biasanya disamakan sebagai orang Padang, karena hal tersebut merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat, yaitu kota Padang. Masyarakat Minangkabau menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang artinya sama dengan orang Minang itu sendiri.

Suku Minangkabau sangat erat dengan ajaran agama Islam, dan umumnya menganut sistem yang khas ditandai dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau disebut juga matrilineal, yang berarti suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan yang berasal dari pihak ibu. Kemudian, suku Minangkabau memiliki prinsip dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah yang artinya Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur'an. Maka dari itu, adat dari suku Minangkabau berlandaskan ajaran Islam.

Adat suku Minangkabau menurut tambo (karya sastra sejarah yang merekam kisah-kisah legenda suku Minangkabau serta disampaikan secara lisan), sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang bersaudara yaitu Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan. Datuk Perpatih mewariskan sistem adat Bodi Caniago yang demokratis, sedangkan Datuk Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang aristokratis. Dalam perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengan keselarasan ini saling mengisi dan membentuk sistem masyarakat Minangkabau. 

Dalam adat istiadat Minangkabau, ada tiga pilar yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat istiadatnya. Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan istilah Tali Nan Tigo Sapilin. Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu dalam posisi yang sama tingginya. Dalam masyarakat Minangkabau yang demokratis dan egaliter, semua urusan masyarakat dimusyawarahkan dengan ketiga unsur itu secara mufakat.

Dalam suku Minangkabau, ada terdapat upacara atau ritual-ritual, serta festival yang sangat khas bagi masyarakat setempat. Hal-hal tersebut antara lain :

  • Makan Bajamba
Makan Bajamba merupakan ritual makan bersama yang diadakan dalam lingkup keluarga dekat, dalam hal ini adanya pertalian darah. Proses makan bajamba ini dilakukan dengan beberapa aturan yang sudah ditetapkan oleh para leluhur atau sesepuh di adat bumi Minang. Biasanya ritual ini diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an, kemudian diiringi dengan petuah atau ucapan dari tuan rumah atau pemuka adat yang hadir pada saat itu.

Budaya makan bajamba memiliki beberapa aturan adat sebagai simbolis penghormatan kepada yang lebih tua, seperti menyuap (mengambil makanan dengan tangan) yang pertama kali harus yang paling tua. Dan yang menambahkan makanan dan lauk pauknya dilakukan oleh anggota keluarga yang paling muda, serta tetap menjaga tata krama dan etika pada saat makan.

Makanan disajikan dalam piring-piring besar, biasanya minimal berdiameter 70 cm, dan disantap oleh lima sampai enam orang dalam satu piring atau jamba (wadah) dengan posisi duduk dilantai mengelilingi piring. Posisi perempuan bersimpuh, sedangkan yang laki-laki baselo (bersila). Tujuannya bila ada nasi yang jatuh ketika hendak masuk mulut tidak kembali masuk ke piring. Jadi, yang lain tidak merasa jijik untuk memakan nasi tersebut secara bersama-sama.

Lauk pauk wajib untuk ritual Makan Bajamba adalah masakan khas Sumatera Barat, rendang daging yang dicampurkan dengan kacang pagar. Potongan dagingnya tidak tertalu besar, namun dirasa cukup untuk dimakan berlima. Isi satu porsi rendang adalah tiga potong daging ditambah dengan sediki kacang dan bumbu rendang.

Ketiga hidangan tersebut disajikan dalam jamba besar dan ditambah sepiring nasi untuk tambuah (tambahan kegunaannya untuk mengelap atau menyerap minyak dari sambal yang sudah dimakan tadi). Sebelum tangan dicuci dalam kobokan, minyak yang melekat ditangan sudah semakin tersirap dalam suapan terakhir.

Acara Makan Bajamba ini biasanya dijadikan sebagai pelengkap bagian acara adat lainnya seperti pernikahan, khitanan, halal bi halal, khatam Al-Quran, dan beberapa acara adat lainnya. Tradisi berbalas pantun dilakukan sebelum proses Makan Bajamba dimulai. Dengan bahasa daerah setempat dan nada serta intonasi yang akhirnya selalu bunyi dengan sama, mengandung kekayaan budaya Melayu yang khas. Bagi pendengar yang mengerti maknanya menjadi lebih indah dari bunyi tersebut. Pakaian yang digunakan adalah pakaian adat yang lengkap dengan hiasan berbentuk tanduk dikepala.


  • Tabuik
Tabuik atau dalam Bahasa Indonesia Tabit adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husein, cucu Nabi Muhammad SAW, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di kota Pariaman. Festival ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassal dan dhol. Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama acara prosesi tersebut.

Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak tahun 1831. Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi'ah di India, yang ditempatkan disini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris di Sumatera bagian barat.


  • Batagak Pangulu
Upacara Batagak Pangulu adalah upacara adat Minangkabau untuk mengangkat pimpinan sebuah suku yang diadakan besar-besaran dengan memotong kerbau. Pada dasarnya Minangkabau sukunya berdasarkan garis keturunan ibu. Itulah sebabnya Minangkabau sering disebut adanya istilah bundo kanduang (bunda kandung). Untuk setiap anak kepada paman nya yang sama suku biasanya dipanggil Mamak. Sedangkan istilah Pangulu merupakan pimpinan dari satu suku yang sama, dengan pengangkatannya diadakan pesta.

Acara Batagak Pangulu dihadiri oleh beberapa suku, serta perangkat seperti wali jorong (kepala desa), seterusnya wali nagari, bahkan pejabat pemerintahan bupati. Lamanya acara Batagak Pangulu minimal 3 hari atau bahkan 7 hari.

Acara Batagak Pangulu diiringi dengan Tarian Randai, silat, dan acara berarak-arak atau mengelilingi desa dengan menggunakan Bendi (delman).




Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar